Posted by : Wardiwira Apr 2, 2013


Apa kelemahan dunia IT di Indonesia? ini merupakan tema artikel kedua dari kategori lomba blog Karnaval IT Season 2. Pada artikel sebelumnya yang membahas tema pertama, saya memang berjanji akan melanjutkan kalimat-kalimat yang mendeskripsikan para gamers yang menghabiskan waktu nya dengan percuma.

Orang lain melihat mereka mungkin akan menganggap rugi, banyak waktu terbuang percuma, banyak uang jatuh sia-sia. Setiap pulang sekolah langsung menuju warnet, malahan sampai ada yang bolos sekolah.
"kalo lagi nge-Game itu ya, kita bener-bener total mainin game itu. males mikirin yang lain-lain. malahan dulu gw sering bolos sekolah cuma buat ke warnet main game", ucap teman saya Rizki mantan pecandu game online
Apa yang orang lain lihat, dan apa yang gamers itu lihat drastis memang. Fluktuasi pemahaman yang curam jika digambarkan dengan grafik. Gamers  cenderung tidak peduli waktunya tersita, karena kenikmatan pergerakan grafik di layar kaca. Miris memang, apalagi jika pernyataan yang ini :
"Ini baru dari aspek anak-anak yang sudah kecanduan game. Pada aspek lain seperti dampak game pada anak, kita amati banyak kasus yang berawal dari pengaruh game, seperti anak SD membunuh temannya di Ciracas gara-gara label geng, SD membacok temannya di Depok, umur 9,10,11 mencabuli anak umur 6 dan 4 tahun di Padang. Baru-baru ini beberapa anak merampok karena butuh uang untuk game online, beberapa kasus kekerasan, bullying, pemerkosaan, pencabulan dan sebagainya dipicu oleh game online," ujar M. Ihsan Ketua Satgas PA dalam keterangan pers yang diterimaTribunnews.com, Rabu (5/9/2012).

Jadi siapa sebenarnya yang salah?  siapa yang lemah? sebelah mananya yang lemah? pemerintah daerah? orang tua? atau siapa?
Coba kita lihat, di warnet-warnet banyakan anak-anak kecil yang main game, ketimbang orang-orang dewasa yang menyelesaikan tugas kantornya, apalagi anak sd/smp yang ngerjain tugas.
Warung internet yang menawarkan fasilitas 'game online' di Palembang, Sumatera Selatan, "menjamur", hampir di setiap kawasan permukiman penduduk terdapat fasilitas permainan tersebut. Sebagaimana terjadi hari Minggu ini, banyak warung internet (Warnet) di Palembang tampak ramai dipadati anak-anak usia SD dan SMP untuk bermain secara 'online'.  cuplikan dari indogamers.net
Ya mungkin kebijakan mengelola warnet harus di perketat sedikit, IT memang berkembang, semua orang butuh jaringan internet, namun tak seharusnya pengelola warnet-warnet di Indonesia membuka pintu seluas-luasnya hanya karena mencari keuntungan semata. Seperti membuat kebijakan bahwa jam sekolah anak-anak dilarang masuk, atau membatasi waktu penggunaan warnet dari anak-anak yang datang berkunjung.

Selain pemilik warnet yang cenderung tidak peduli, menurut saya peran dari panitia Karnaval IT Season 2 juga penting untuk menjaga generasi IT bangsa ini. oke sebaiknya bahasan yang ini saya masukkan di artikel selanjutnya saja. terimakasih

referensi : tribunnews.com, indogamers.net

{ 4 komentar... read them below or Comment }

  1. kurangnya pengarahan dr orang2 sekitar, mkanya jman skrng kbanyakan berminat dan tergila-gila dgn game online.
    jaman dulu anak2 brmain layangan, petak umpet, dll.
    jaman skrng brmain point blank, counterstrike, dll.
    sungguh miris -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbah, orang2 sekitar termasuk teman, temannya dari teman, dan dari temannya lagi, walaupun orangua sudah mengarahkan, bisa saja orangtua temannya tidak peduli, akibatnya ya pengaruh sana sini

      Delete
  2. Mantap Mas bro, tapi masih kurang pas ni.. semangat broh :D

    ReplyDelete

- Copyright © 2013 Majukan Teknologi Dengan Karnaval IT - Powered by Blogger - Designed template by Johanes Djogan - Modifikasi oleh fath -